HIV/AIDS, Tantangan Terbesar Generasi Muda

HIV AIDSPenetapan tanggal 1 Desember sebagai hari AIDS sedunia dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dunia terhadap wabah AIDS yang disebabkan oleh penyebaran HIV. Peringatan hari AIDS sedunia berawal dari pertemuan para Menteri Kesehatan dari 148 negara yang tergabung dalam WHO untuk program pencegahan AIDS pada 1 Desember 1988 di London, Inggris. Hingga saat ini, AIDS masih termasuk salah satu penyebab kematian terbesar di dunia.  Penderitanya pun semakin bertambah dari tahun ke tahun, bahkan di Indonesia diperkirakan lebih dari 200 ribu orang mengidap HIV/AIDS dengan beragam kasus. Penularannya pun beragam, namun aktivitas seks bebas menjadi ‘penyumbang’ nomor satu pertambahan angka penderita HIV/AIDS dan parahnya lagi, hampir 50 persen penderitanya adalah generasi muda yang masih berada pada usia produktif.

Data dan fakta tersebut menunjukkan betapa bobroknya moral anak muda saat ini, Berbagai pelanggaran etika dan norma agama pun kerap dijadikan ‘hobby’. Di antara pelanggaran etika dan norma yang dimaksud adalah, Pertama,  narkoba dan zat terlarang lainnya. Dari dua juta lebih pecandu narkoba dan obat-obat berbahaya lainnya 90 persen adalah generasi muda, termasuk di antaranya adalah pelajar. Peredaran narkoba dan obat-obat terlarang pun semakin hari semakin meluas yang memudahan semua kalangan untuk mendapatkannya. Peningkatan peredaran narkoba itu tidak terlepas dari aksi jahat para bandar narkoba yang hanya ingin mencari keuntungan peribadi tanpa pernah mau peduli nasib generasi muda yang menjadi sasarannya. Ironisnya, peredaran itu tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu, namun sudah merambah kepada anak-anak yang tergolong masih di bawah umur.

Kedua,  pornografi dan pornoaksi. Seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi, menjadikan segalanya serba mudah, jarak dunia pun terasa sangat dekat. Hal tersebut telah membawa dampak negatif dengan merosotnya moral generasi muda. Hal-hal yang dulunya di anggap tabu dan masih terbatas pada kalangan tertentu, kini sudah menjadi konsumsi publik yang dapat dinikmati oleh siapa saja. Seperti merebaknya situs-situs berbau pornografi yang dengan mudahnya dapat diakses oleh semua kalangan. Bahkan hasil penelitian sebuah Klinik ‘orang dewasa’ di Jakarta menyebutkan bahwa hampir seratus persen siswa SMA yang dijadikan sampel research sudah pernah melihat tayangan pornografi dan parahnya lagi, lebih dari setengahnya mengaku pernah melakukan hubungan seks pranikah.

Bahkan telah menjadi rahasia umum bahwa di era yang semakin ‘menggila’ saat ini, hubungan antar muda-mudi selalu akrab dengan aktivitas free sex atas nama cinta dan suka sama suka. Peningkatan aktivitas seks bebas itu tentunya tidak terlepas dari tayangan pornografi yang menggerogoti pikiran para anak muda dan juga semakin mengguritanya tempat hiburan malam yang tersaji manis di hampir semua kota besar. Sebuah fenomena yang sangat menyedihkan memang, ketika prilaku semacam itu ikut disemarakkan oleh para muda-mudi yang terdidik di sebuah instansi pendidikan. Seolah negeri ini bagaikan taman yang indah bagi para pelaku kemaksiatan, namun itulah tantangan zaman dan realita sosial yang diperhadapkan kepada generasi muda saat ini.

Tindakan Preventif

Sebagaimana yang dikemukakan di awal bahwa aktivitas ‘miring’ yang banyak digemari anak muda saat ini merupakan penyebab utama menyebarnya HIV/AIDS. Kasus yang terjadi di Indonesia misalnya, sebagian besar disebabkan oleh heteroseksual atau hubungan seks bebas dan melalui jarum suntik pengguna narkoba, meskipun perlu dipahami bahwa penyebaran virus mematikan ini bisa juga disebabkan oleh transfusi darah dan faktor lain. Oleh karena itu, tindakan preventif yang harus dilakukan adalah dengan memberikan edukasi dan penyuluhan kepada mereka yang rentan terkena virus berbahaya ini. Langkah yang terbilang ampuh untuk mencegah merebaknya virus ini adalah melalui pendekatan agama yaitu dengan menutup rapat jalan yang mengarah pada hal-hal buruk tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan tegas melarang aktivitas seks bebas, sebaimana dalam firmannya: “Janganlah kalian mendekati zina, karena sesungguhnya zina itu merupakan perbuatan yang keji  dan suatu jalan yang buruk.” (QS Al Isra: 32).

Namun sayangnya, banyak pihak menilai bahwa HIV/AIDS hanya sebatas fakta medis yang tidak bisa dikaitkan dengan moral dan agama, sehingga materi penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat atau pelajar sangat minim muatan moral dan agama, padahal jika ditelusuri dari awal munculnya penyakit mengerikan ini sangat berhubungan dengan perilaku sosial dan berkaitan erat dengan penyimpangan dari tuntunan agama.

Setiap generasi muda mempunyai peran strategis dalam upaya mencegah HIV/AIDS, karena pada diri pemuda terdapat  peran ganda dalam hal tersebut. Satu sisi pemuda adalah preventative atau pelaku yang dapat berperan dalam upaya mencegah penyebaran HIV/AIDS, tentunya dengan tekad yang kuat untuk menghindari segala hal negatif yang dapat menjerumuskan mereka ke arah itu. Pada sisi yang lain, pemuda adalah target (objek) dari penyebaran virus mematikan ini, sebagaimana diketahui bahwa mayoritas pengidap HIV/AIDS adalah generasi muda. Oleh karena itu setiap pemuda dituntut untuk berperan serta dalam upaya mencegah penyebaran HIV/AIDS. Dengan demikian, ancaman virus berbahaya ini merupakan tantangan terbesar bagi setiap generasi muda demi menyelematkan generasi muda lainnya, tentunya dengan menumbuhkan kesadaran dan semangat dalam diri secara maksimal guna menciptakan sebuah iklim positif dalam menagkal penyebaran HIV/AIDS.

Di sinilah mental generasi muda akan benar-benar diuji, di tengah beragam problematika hidup dan pengaruh negatif yang menggoda dari segala arah. Setiap pemuda mempunyai peluang untuk ‘menikmati’ masa mudanya dalam lingkaran hitam, namun di sisi lain mereka dituntut menyelamatkan diri demi masa depannya. Oleh karena itu setiap pemuda harus ‘berdiri’ menantang segala persoalan hidup tersebut dengan tidak mudah larut dalam kelamnya pergaulan bebas masa kini. Generasi muda sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk meningkatkan kualitas hidupnya dalam berbagai dimensi kehidupan, terutama dalam hal yang dipandang sangat penting, yakni moral dan intelektual.

About afdhal

Failure is the first step to success

Posted on Desember 1, 2013, in Uncategorized. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar