Pemuda Dalam Sejarah

Oleh: Achmad Firdaus

Abu Dzar Al Ghifari berkata bahwa Rasululpemudalah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada umat manusia, “Barangsiapa yang bangun di pagi hari dan hanya memperhatikan masalah dunianya,  maka orang tersebut tidak berguna di sisi Allah.  Barangsiapa tidak pernah memperhatikan urusan kaum muslimin yang lain, maka mereka tidak termasuk golonganku.” (HR.  Thabrani)

Pesan tersebut menunjukkan betapa pentingnya untuk menghadirkan jiwa sosial dan kepedulian kepada sesama manusia, baik interaksi secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat secara umum. Sikap peka dan peduli terhadap urusan ummat manusia yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut diharapkan bisa hadir dalam diri setiap pemuda. Apalagi pemuda merupakan sosok dengan segudang keahlian dan kemampuan, sehingga dengan kekuatan yang dimilikinya tersebut, setiap pemuda harus mempunyai kesadaran untuk memberikan kontribusi nyata terhadap perubahan umat dan kemajuan bangsa.

Dalam catatan panjang sejarah peradaban manusia, perjuangan pemuda tentu bukanlah mitos, bukan pula proyek arbiter yang sama sekali tidak mempunyai kausalitas sosial. Pasti kita masih mengingat kejayaan Islam di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sekitar 1400 tahun yang lalu. Jiwa muda yang terus berkorbar dalam diri Rasulullah membuatnya tak gentar sedikit pun untuk mendobrak peradaban-peradaban jahiliyah, meskipun harus menghadapi berbagai rintangan yang sangat sulit. Namun, kini perjuangan beliau telah terukir indah dalam lembaran-lembaran sejarah dan menjadikan Rasulullah sebagai sosok yang paling berpengaruh sepanjang sejarah peradaban manusia.

Selanjutnya, siapa yang tidak kenal dengna pioneer dan pengendali sejarah yang bernama Musa ‘Alaihis Salam? Beliau adalah seorang pemuda pilihan Allah yang memiliki pola pemikiran dan perjuangan untuk menyelamatkan kaumnya, ia sanggup mengubah zamannya dengan rekayasa nalar kebertuhanan tanpa melibatkan kekerasan, tapi hanya dengan pemikiran dan perjuangan. Kini, hasil perjuangan beliau pun masih tercatat dalam sejarah peradaban manusia dan menjadikannya sebagai salah seorang Rasul terbaik pilihan Allah.

Semangat perjuangan pemuda-pemuda terdahulu sedikit banyak telah mewarnai perjuangan pemuda dalam mengiringi perjalanan sejarah bangsa ini. Dimana pemuda selalu berada di garda terdepan dalam setiap pergerakan roda peradaban bangsa dan namanya pun telah terukir dengan tinta emas di setiap lembaran-lembaran sejarah.

Mengapa Pemuda?

Kedudukan pemuda sebagai generasi penerus bangsa selalu terhormat di panggung sejarah. Dimensi moral yang merupakan karakter utama mereka telah menarik simpati berbagai kalangan, mulai dari orang-orang yang diklaim akrab dengan kepercayaan ‘irasional’ hingga kelompok yang mengkalim dirinya ‘jenius religius’. Empati masyarakat pun secara spontanitas termanifestasi karena visi para pemuda tidak menuntut materi dan popularitas, melainkan sebuah perjuangan untuk kemaslahatan ummat dan bangsa.

Kehadiran pemuda dalam setiap perjalanan sejarah selalu membawa tendensi-tendensi yang tidak sinkron dengan jiwa zamannya. Pemuda merupakan insan kreatif dan kritis yang selalu ‘gelisah’ menghadapi masa yang tidak sesuai jati dirinya. Meskipun pemuda adalah makhluk yang minoritas tapi mereka tidak termarginalkan, karena mereka senantiasa menjadi aktor utama yang selalu memberikan pengaruh luar biasa dalam setiap pergerakan roda peradaban.

Namun alasan yang paling penting dan mendasar adalah karena pemuda memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sejarah telah membuktikan bahwa peran dan fungsi pemuda sangat berpengaruh dalam setiap episode kebangkitan dan kemajuan bangsa ini. Peran dan fungsi tersebut antara lain:

Pertama, Pemuda merupakan “iron stocks” atau gudang calon pemimpin bangsa di masa mendatang, yang nantinya layak mengisi pos–pos tertentu baik sektor pemerintah maupun swasta. Karena itu, calon pemimpin bangsa tidak hanya sekedar membekali diri dengan kecerdasan pikiran melainkan dengan kecerdasan spiritual agar menjadi pemimpin yang kuat menahan godaan dunia serta jernih dalam berpikir dan bertindak.

Kedua, Pemuda sebagai “the guardian values” atau penjaga nilai–nilai. Pemuda sebagai kaum intelektual harus mampu mentransfer pemikirannya kepada masyarakat melalui teladan dan karya nyata untuk menjaga nilai–nilai kebaikan dalam masyarakat, bukan sekadar mengikuti seluruh alur ditengah masyarakat. Dan yang Ketiga, Pemuda sebagai “moral force”,  yakni kekuatan pemikiran yang penuh  idealisme dan berusaha untuk mengoreksi berbagai penyimpangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pelaku Sejarah

Sejarah telah membutkikan bahwa kehadiran pemuda sebagai pelaku sejarah ikut mewarnai setiap perubahan zaman. Tentu kita masih ingat diskusi Soetomo, seorang murid sekolah dokter Jawa (STOVIA) dan Wahidin Soedirohoesodo, seorang dokter Jawa yang hampir pupus harapannya untuk memajukan pendidikan dan budaya Jawa. Ketika kegelisahan dan asa bertemu, maka terbentuklah Boedi Oetomo yang dikenal sebagai Kebangkitan Nasional.

Dua puluh tahun kemudian, ketika Pemerintah Kolonial Belanda membatasi dan mengawasi aktivitas tokoh-tokoh dan partai-partai politik, para pemuda berani mengambil resiko untuk melaksanakan pertemuan pada masa itu. Sebuah Kongres Pemuda untuk mengobarkan semangat para pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini. Berbagai kelompok pemuda dari penjuru nusantara hadir dalam Kongres untuk menyuarakan aspirasi. Mereka rela menanggalkan segala atribut etnisitas demi persatuan bangsa agar terbebas dari cengkeraman penjajahan. Sebuah moment sakral yang mungkin nyaris luput dari ingatan pemuda saat ini, ketika para pemuda Indonesia berikrar dan bersumpah, bertanah air, berbangsa dan berbahasa satu, pada 28 Oktober 1928 silam.

Menjelang kemerdekaan, para pemuda kembali menunjukkan aksinya. Meskipun di bawah pengawasan ketat militer Jepang kala itu,  mereka dengan gigih mendorong para tokoh-tokoh golongan tua nasional untuk segera memroklamasikan kemerdekaan. Begitu antusiasnya, para pemuda tersebut sempat ‘menyandera’ para seniornya untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Perjuangannya pun tidak sia-sia, tekanan para pemuda menjadi indikator bagi Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Fakta sejarah lain, perjuangan pemuda juga memberikan pengaruh dalam historis perjalanan panjang bangsa Indonesia pasca proklamasi kemerdekaan. Ketika kejenuhan zaman sudah memuncak, para pemuda hadir untuk melakukan perubahan. Itulah yang menyebabkan kekacauan mencapai titik kulminasi pada peristiwa Malari tahun 1974. Pada saat itu terjadi pembrendelan terhadap sejumlah pers, pemerintah menekan perjuangan pemuda dengan memberlakukan berbagai macam aturan, salah satunya adalah dengan memerintahkan untuk menghapus pers Indonesia Raya dan pers Mahasisawa Indonesia, karena dianggap terlalu vokal dan kritis, bahkan para pengkritik dari kalangan pemuda pun dibungkam, namun tidak memadamkan asa, tapi justru membangkitkan semangat pemuda untuk berjuang dan melakukan perubahan.

Para pemuda kembali menunjukkan perjuangannya sebagai pencetus era reformasi pada tahun 1998, ketika Rezim Orde Baru membangun sebuah sistem dan organisasi birokrasi yang bertumpu pada kebijakan penguasa ‘berhasil’ memporak-porandakan sistem demokrasi di Indonesia. Soeharto yang mengedepankan stabititas di segala bidang terbukti tak berdaya melawan kekuatan para pemuda. Saat krisis multidimensi menggoyang Orde Baru, kekuatan pemuda tak terbendung lagi untuk menggulingkan Soeharto. Hasilnya, Presiden kedua RI yang telah berkuasa selama 32 tahun tersebut harus menyerah dan menanggalkan jabatannya. Para pemuda pun bersorak sesaat, namun mereka masih terpukul hingga kini. Pemerintahan reformis yang mereka idam-idamkan sampai sekarang tak kunjung hadir. Justru yang tampil kepermukaan adalah kamuflase dan metamorphosis rezim Orde Baru.

Di sinilah pemuda harus mampu melihat fakta-fakta terkait problematika masyarakat yang sesungguhnya, kemudian mencari solusi permasalahan tersebut dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Dengan begitu, pemuda dapat memainkan peranannya di setiap pergerakan roda zaman, sehingga mereka dapat menentukan masa depan bangsa ini. Jangan sampai, kekuatan kaum muda hanya dijadikan batu loncatan bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Pada hakikatnya, masa muda adalah fase dimana manusia berada pada masa kalkulatif (tercerahkan) oleh ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Sudah sepantasnya orientasi pergerakan dan kegiatan para pemuda adalah untuk menumbuhkan kemampuan intelektualitas. Kemampuan yang bukan hanya terfokus pada kekuatan tetapi juga sikap kritis dalam merespon isu-isu kekinian. Pemuda masa kini ditekankan untuk lebih kreatif dan kritis, agar tumbuh menjadi sosok pelopor perubahan ditengah masyarakat dalam mengiringi perjalanan sejarah bangsa ini. Waallahu a’lam bisshawaab.

About afdhal

Failure is the first step to success

Posted on Oktober 22, 2016, in Uncategorized. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar