Monthly Archives: Februari 2014

Bencana, Antara Ujian dan Peringatan

 Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nisa:79)

BencanaKetika Sang Penguasa berkehendak, maka tak seorang pun mampu untuk menolaknya. Tak ada pilihan lain, kecuali bersiap menghadapi segala ketepan Allah dengan segala hikmahnya. Mungkin kalimat inilah yang bisa membawa setiap orang untuk sampai pada titik kepasrahan tertinggi, yakni bertawakkal kepada Allah atas segala ujian dan peringatan-Nya. Betapa tidak, Indonesia sebagai negeri yang terkenal dengan keindahan alamnya kini diperhadapkan pada berbagai bencana alam yang terus menghiasi negeri ini, bahkan Negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia ini, harus rela melihat sebagian masyarakatnya menangis dan meratapi bencana yang tak berujung.

Indonesia kini telah menyandang status sebagai negeri siaga bencana. Tentu masih sangat segar diingatan setiap orang, banjir bandang yang menyeret dan menenggelamkan ratusan rumah penduduk di Manado Sulawesi Utara yang menyebabkan puluhan ribu jiwa harus mengungsi karena kehilangan tempat tinggal dan 19 orang meninggal dunia. Begitu pula dengan bencana alam yang berdampak besar seperti banjir ‘tahunan’ di DKI Jakarta yang memaksa sekitar 30.784 orang harus mengungsi dan telah menelan sedikitnya tujuh korban jiwa. Dan bencana yang hingga detik ini belum berakhir adalah erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo Sumatera Utara, telah tercatat 16 orang meninggal dunia akibat semburan awan panas dan puluhan ribu lainnya harus menetap dipengungsian selama berbulan-bulan.

Namun, belum lagi air mata kering menyaksikan penderitaan para pengungsi di Tanah Karo, saat ini masyarakat di Kabupaten Kediri, Malang, Blitar dan sekitarnya harus berlarian menyelamatkan diri di tengan bencana yang menimpa akibat letusan Gunung Kelud beberapa hari yang lalu. Bencana Gunung Kelud ini tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Jawa Timur, namun hujan abu vulkanik juga mengguyur Yogyakarta, Jawa Tengah bahkan sampai Jawa Barat. Hingga saat ini ratusan ribu masyarakat harus menghabiskan siang dan malamnya di tenda-tenda darurat.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mencatat kurang lebih 205 bencana terjadi di berbagai daerah di Indonesia selama awal tahun 2014 yang ‘memaksa’ sedikitnya 182 jiwa harus menemui ajalnya akibat bencana tersebut. Mungkin ada yang bertanya, mengapa bencana begitu banyak datang melanda negeri tercinta ini? Apakah bencana tersebut terjadi karena faktor alam atau ada faktor lain?

Peristiwa tidak menyenangkan yang melanda negeri ini, seperti banjir, gempa bumi dan tanah longsor tentunya tidak terjadi begitu saja, akan tetapi memiliki banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Jika para ahli atau ilmuwan mengatakan bahwa rentetan bencana yang melanda Indonesia akhir-akhir ini adalah sebuah fenomena natural yang memiliki sebab-sebab material, maka pada saat yang sama, sebagai orang yang percaya akan kekuasaan Sang Pencipta tentu harus meyakini bahwa hal tersebut merupakan ketetapan Allah yang diturunkan kepada ummat manusia sebagai ujian atau peringatan. Tentu tidak ada kontradiksi di dalamnya, karena setiap fenomena yang terjadi di alam semesta ini baik melalui sebab-sebab material atau yang lainnya, tidak terlepas iradah dan ketetapan Allah yang menyampaikan kehendak-Nya berdasarkan pada hukum sebab-akibat.

Rentetan bencana yang melanda negeri ini terjadi lantaran sebab-sebab natural berdasarkan mekanisme kehendak Allah, maka untuk mencegah terjadinya atau meminimalisir kerusakan yang ditimbulkan dari bencana tersebut harus juga berdasarkan pada mekanisme kehendak Allah. Artinya setiap orang harus memahami makna dan probabilitas terjadinya bencana-bencana tersebut, apakah bencana tersebut merupakan ujian atau peringatan? Sehingga setiap orang dapat memetik hikmah dibalik bencana yang melanda dan mamput memahami sesuatu yang ingin disampaikan oleh Sang Penguasa Alam semesta kepada ummat manusia melalui bencana, misalnya Allah akan mengingatkan manusia yang kurang bersyukur, menyadarkan manusia dari kelalaian dan juga sebagai peringatan bagi rang-orang yang melampaui batas atau bisa jadi bencana tersebut sebagai ujian penguat keimanan.

Bencana Sebagai Ujian

Disadari atau tidak, bencana yang menimpa seseorang bisa bermakna sebagai tanda kecintaan Allah pada seorang hamba. Sehingga semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka ujian (musibah) yang menimpanya akan semakin berat. Rasulullah telah menyebutkan dalam haditsnya: “Seseorang diuji sesuai keadaan agamanya. Jika agamanya kokoh maka diperberatlah ujiannya. Jika agamanya lemah maka ujiannya pun disesuaikan dengan agamanya. Ujian itu senantiasa menimpa seorang hamba hingga ia berjalan di muka bumi tanpa dosa sedikit pun.” (HR. Ahmad)

Jika membuka kembali lembaran-lembaran sejarah para Nabi dan Rasul maka mereka termasuk orang-orang yang mendapatkan ujian atau musibah yang jauh lebih ‘dahsyat’ jika dibandingkan dengan bencana yang menimpa ummat manusia di zaman ini. Namun dengan musibah yang mereka hadapi justru akan semakin memantapkan keimanannya kepada Allah, mereka pun sabar dan tabah mengahadapi segala bentuk musibah dan memaknainya sebagai ujian penguat keimanan untuk mengangkat derajatnya di hadapan Allah.

Bencana Sebagai Peringatan

Bencana alam yang melanda berbagai tempat di muka bumi ini mungkin saja memiliki makna untuk mengingatkan manusia agar tidak lupa mensyukuri nikmat dan bisa jadi rentetan bencana yang mengancam kestabilan negeri ini adalah untuk membangunkan manusia dari tidur lelapnya. Mulai dari kelalaian yang menenggelamkannya dalam kenikmatan duniawi sehingga lupa akan tanggung jawab di hadapan Allah, hingga keserakahannya mengambil keuntungan dengan merusak sumber daya alam sehingga dapat memicu reaksi alam yang sewaktu-waktu bisa ‘gerah’ dan merespons perlakuan tangan-tangan jahil manusia.

Kelalaian dan kekhilafan tersebut dapat mengundang datangnya musibah atau bencana yang diturunkan oleh Allah. Dengan demikian, bencana yang datang kepadanya akan menjadi peringatan akan kelalaian, dosa dan kesahalahannya sehingga mereka dapat kembali mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.  Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyatakan hal tersebut: “Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar, Mudah-mudahan mereka kembali ke jalan yang benar.” (QS. As Sajdah: 21)

Jadi selain sebagai ujian keimanan, bencana alam yang marak terajadi saat ini mungkin saja sebagai peringatan Allah kepada ummat manusia yang lalai agar kembali pada kebenaran. Oleh karena itu, ditengah beragam bencana yang melanda negeri ini, coba bertanya dengan jujur pada diri sendiri, bagaimana tingkat keimanan kita kepada Allah dan perlakuan kita terhadap alam? Apabila kita termasuk orang yang lalai dan sering berbuat kerusakan, maka jawaban atas bencana yang menimpa adalah peringatan atas kesalahan dan kelalaian selama ini. Namun jika kita termasuk hamba-Nya yang taat, maka segala musibah atau bencana merupakan ujian menuju tingkat keimanan yang lebih tinggi. Wallahu a’alam bisshawaab.

Achmad Firdaus

Pengurus International Student Society – National University of Singapore