Arsip Blog

Galau, Tak Sekedar Rasa

by. Achmad Firdaus

“Saya sedang Galau nih, tolong saya..!” ini salah satu dari sekian banyak tema galau yang meramaikan dunia per’facebook’an Indonesia. Kata galau kini kian akrab dengan kita seiring dengan makin intimnya kita dengan jejaring sosial, seperti facebook dan twitter. Intinya, Galau adalah sebuah kata yang akhir-akhir ini nge-trend dikalangan masyarakat Indonesia, khususnya bagi kaum remaja dan kaum muda di negeri ini, tak terkecuali para pemimpin, mungkin saja mereka juga tak terlepas dari kegalauan menyaksikan aksi rakyatnya yang lagi galau saat ini. Tapi sebelum kita jauh menyelam ke dasar kegalauan, alangkah baiknya jika kita menyatukan persepsi dalam memaknai arti kata galau itu sendiri, agar kita termasuk orang yang terbiasa dengan keanehan dan memakluminya.

Kata galau dalam bahasa Inggris bisa diartikan ‘confusion’ sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tidak memberikan sebuah defenisi yang konkrit tapi setidaknya bias dimaknai bahwa kata galau adalah sebuah kata sifat yang bisa diartikan “kacau, tidak karuan (dalam pikiran)”. Menurut sumber dari orang yang ‘sering galau’ -sebuah obrolan singkat di jejaring social- menyebutkan bahwa Galau adalah keadaan dimana seseorang menjadi murung secara mendadak bisa dibilang “Manyun Sindrom”, yakni dimana secara otomatis gerak bibir menjadi manyun secara tidak wajar dan emosional akan turun  drastis menuju titik kesedihan paling dasar. Pendapat lain menyebutkan Galau adalah suatu perasaan dilema, Galau adalah sebuah pengambilan keputusan yang tidak pernah final, Galau adalah suatu  pikiran jangka pendek yang berubah-ubah dalam waktu singkat, akibat rasa lelah, jenuh dan bosan, Galau adalah suatu khayalan tingkat tinggi yang telah bercampur dengan pikiran atau persoalan pribadi yang nyata. Dan banyak lagi rentetan opini tentang Galau yang akan menjadikan kita galau jika memikirkannya. Tapi intinya Galau adalah sebuah pikiran yang tidak dapat di cerna dengan baik oleh otak, karena sifatnya yang berubah-ubah dan membuat otak yang lelah bertambah lelah serta menyebabkan kekacauan dalam berpikir.

Sebenarnya galau hanyalah soal ekspresi dari perasaan saja. mulai dari ketidaksenangan, ketidakksukaan, sampai pada ketidaktenangan, kegelisahan terhadap sesuatu. Mungkin karena alasan tugas sekolah atau tugas kuliah yang menumpuk, urusan skripsi yang tak berujung dan tak bertepi, atau urusan menanti pendamping hidup bagi mereka yang telah sarjana yang hingga kini belum datang menyapa, dan masalah-masalah sosial kemasyarakatan lainnya. Rasa galau kini menjadi sebuah gambaran karaktek pemuda Indonesia dalam menyikapi masalah yang menimpanya, karena kata-kata yang berkembang bukanlah kata optimis tapi malah pesimistis. Sehingga secara tidak langsung sebenarnya akan memberikan dampak pada yang mendengarnya. Galau memang bukan penyakit, tetapi kalau galau secara terus menerus bisa mendatangkan penyakit, bahkan berdampak pada kejiwaan seseorang.

 Salah satu faktor yang menyebabkan kegalauan adalah masalah, setiap orang  memiliki masalah dengan kadar yang berbeda, perbedaan itu telah sedemikian sempurna hingga mustahil Allah memberikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh hambaNya. Allah menguji kita sesuai tingkat keimanan kita kepada-Nya. Ujian dari Allah bertujuan untuk membuktikan kebenaran keyakinan keimanan seseorang, apakah ia layak disebut orang beriman ataukan orang munafik yang hanya menampakkan zahirnya dan bersembunyi di balik kepalsuannya. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS.Al-Baqarah:155)

 Berbagai cara dilakukan untuk menyelesaikan masalah ataupun kegalauan yang menimpa seseorang. Sebagaian besar memanfaatkan jejaring sosial sebagai media mempublikasikan kegalauannya. Mayoritas orang yang galau suka melebih-lebihkan masalah yang menimpanya. Hal yang mereka lakukan ini adalah bukti bahwa mereka adalah orang yang tak mampu menerima ujian yang menimpanya. Penyikapan seseorang atas masalahnya menunjukkan tingkat pemahaman mereka terhadap masalah itu sendiri.

Kepunyaan Allahlah apa yang ada di langit dan di bumi. Apabila kamu menampakkan atau menyembunyikan apa yang ada pada dirimu, maka Allah akan memperhitungkan kamu lantaran perbuatan itu. Lalu Dia mengampuni orang yang dikehendaki-Nya dan mengazab orang yang dikehendaki-Nya. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS.Al Baqarah:284)

Orang yang galau adalah orang yang tak mampu menyalurkan resah mereka dengan cara yang benar, padahal cukuplah Allah bagi kita, tidak ada Tuhan selainNya. Hanya kepadaNya kita bertawakkal.” Status di jejaring sosial yang berisi keluhan, kegalauan, kebimbangan kadang ditulis dengan berlebihan, padahal mengeluh tidak menyelesaikan masalah. Galau tidak memberikan solusi atas masalah seseorang, tapi justru menambah beban bagi pelakunya. Kegalauan seseorang menunjukkan bahwa ia tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, padahal Allah telah berjanji bahwa Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Orang yang galau adalah orang yang tak mampu menemukan solusi yang hakiki. Mereka mencari solusi pada tempat yang mustahil memberikan solusi. Padahal sudah jelas bahwa sabar dan shalat adalah sebaik-baik cara untuk mendapatkan solusi yang hakiki. “Dan mintalah pertolongan kepada Allah dengan Sabar dan Sholat dan sesungguhnya Sholat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk” (QS.Al Baqarah:45)

Allah adalah Rabb yang Maha Baik, maka apapun yang Dia tetapkan adalah kebaikan. Orang yang galau tak mampu memahami bahwa semua yang Allah tetapkan kepada makhluk-Nya adalah baik. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.

Orang yang galau adalah orang yang tak mampu mengetahui hakikat dari ujian yang menimpa dirinya padahal sungguh tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada diri kita melainkan telah tertulis dalam kitab Lauhul Mahfuzh sebelum Allah menciptakan kita. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

Orang yang galau adalah orang yang belum mampu bersyukur, padahal sesungguhnya ujian dan cobaan, susah dan senang, gagal dan sukses semua adalah nikmat yang patut kita syukuri. Serta mencoba mengambil hikmah dari setiap warna kehidupan kita. Marilah kita mencoba untuk menjadi muslim yang baik seperti dalam hadits Rasulullah: “Amat menakjubkan keadaan orang mu’min itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi seorangpun melainkan hanya untuk orang mu’min. Apabila ia mendapatkan kesenangan hidup, dia bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan baginya. Apabila ia ditimpa musibah, maka iapun bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya.” (HR.Muslim)

Orang yang galau adalah orang yang tak mampu memahami bahwa masalah yang menimpanya adalah ujian yang dapat meningkatkan derajatnya disisi Allah. Bagai seseorang yang akan meraih gelar sarjana maka pasti akan diuji terlebih dahulu, jika ia mampu menyelesaikan beberapa tahapan ujian tersebut, maka ia akan lulus, namun jika gagal maka ia akan kembali melakukan perbaikan. Begitupun ujian dalam kehidupan ini, berat dan ringannya ujian di sesuaikan dengan kedudukannya dihadapan Allah. Jika ia adalah orang yang kuat agamanya, maka kuat pula ujian baginya. Bagai sebuah permisalan semakin tinggi pohon semakin besar angin yang menerpanya.

Orang yang sedang galau adalah orang yang tak mampu bersabar atas ujian dari Allah, merasa diri mereka sebagai orang yang paling menderita, mengumbar seakan-akan lemah tak berdaya. Padahal sesungguhnya musibah dan masalah adalah sarana untuk melatih kesabaran. Kita tidak akan dapat bertahan dalam sebuah kebaikan kecuali dengan bersabar. Kita tidak dapat mentaati Allah dan menjauhi kebatilan kecuali dengan sabar.

Oleh karena itu kita sebagai umat Islam sesungguhnya tidak perlu bersusah payah mencari jalan keluar bagi hati yang galau, jika setiap saat kita berdzikir dan berinteraksi dengan Al Qur’an maka rasa galau yang merasuki pikirann akan sirna. Oleh karena itu wajarlah jika para remaja atau pemuda masa kini dengan mudahnya terserang ‘virus’ galau, karena mereka jarang berdzikir atau mendengarkan dan membaca Al Qur’an, bahkan mereka lebih cenderung mengobati kegalauan lewat status curhat di Facebook dan Twitter atau mendengarkan musik dan nyanyian yang pada dasarnya semua itu merupakan sumber kegalauan yang cukup besar. Sehingga yang galau semakin galau, yang tidak galau menjadi galau.

Dengan demikian, kita tak perlu resah dan gelisah akan perasaan galau yang menghiasi kehidupan kita, marilah kita menjadi orang yang bijak dalam merespon realita, karena galau itu tak sekedar rasa, melainkan akan menjadi bagian dari warna-warni kehidupan jika kita mampu memaknainya dengan bijak. Olehnya itu marilah kita mengarungi hiruk pikuk kehidupan ini dengan menyandarkan setiap kegalauan kepada Sang Pemilik kehidupan, sebagaimana yang Allah telah sebutkan dalam firman-Nya: “orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS – ArRa’d 28)

Hakikatnya hidup ini merupakan rangkaian proses belajar dan menempa diri agar menjadi lebih baik senantiasa. Sungguh, begitu banyak hal dapat disajikan dari perjalanan detik demi detik kehidupan kita. Hal-hal yang kita rasakan, kita lihat, kita dengar, kita keluarkan melalui lisan, semuanya bisa menjadi sesuatu yang sarat makna dan dapat memperkaya khazanah pengalaman kita untuk selanjutnya dijadikan modal bagi proses perbaikan diri, jika kita mau tentunya.

Setidaknya penjelasan ini dapat diinterpretasikan sebagai referensi ‘walau hanya secuil’ demi perbaikan terhadap umat yang galau, dan sebagai masyarakat ilmiah yang berbudaya, alangkah baiknya jika kita saling menitipkan diri demi sebuah harapan dan kepedulian kepada generasi muda. Wallahu a’lam bishshawab.

Adab Hari Jum’at Sesuai Sunnah

Hari Jum’at adalah hari yang mulia, dan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia memuliakannya. Keutamaan yang besar tersebut menuntut umat Islam untuk mempelajari petunjuk Rasulullah dan sahabatnya, bagaimana seharusnya msenyambut hari tersebut agar amal kita tidak sia-sia dan mendapatkan pahala dari Allah ta’ala. Berikut ini beberapa adab yang harus diperhatikan bagi setiap muslim yang ingin menghidupkan syariat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Jum’at.

1. Memperbanyak Sholawat Nabi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah sholawat kepadaku di dalamnya, karena sholawat kalian akan ditunjukkan kepadaku, para sahabat berkata: ‘Bagaimana ditunjukkan kepadamu sedangkan engkau telah menjadi tanah?’ Nabi bersabda: ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi.”(Shohih. HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa’i)

2. Mandi Jum’at

Mandi pada hari Jum’at wajib hukumnya bagi setiap muslim yang balig berdasarkan hadits Abu Sa’id Al Khudri, di mana Rasulullah bersabda yang artinya, “Mandi pada hari Jum’at adalah wajib bagi setiap orang yang baligh.” (HR. Bukhori dan Muslim). Mandi Jum’at ini diwajibkan bagi setiap muslim pria yang telah baligh, tetapi tidak wajib bagi anak-anak, wanita, orang sakit dan musafir. Sedangkan waktunya adalah sebelum berangkat sholat Jum’at. Adapun tata cara mandi Jum’at ini seperti halnya mandi janabah biasa. Rasulullah bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi Jum’at seperti mandi janabah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Menggunakan Minyak Wangi

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Barang siapa mandi pada hari Jum’at dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak rambut atau minyak wangi kemudian berangkat ke masjid dan tidak memisahkan antara dua orang, lalu sholat sesuai yang ditentukan baginya dan ketika imam memulai khotbah, ia diam dan mendengarkannya maka akan diampuni dosanya mulai Jumat ini sampai Jum’at berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Bersegera Untuk Berangkat ke Masjid

Anas bin Malik berkata, “Kami berpagi-pagi menuju sholat Jum’at dan tidur siang setelah sholat Jumat.” (HR. Bukhari). Al Hafidz Ibnu Hajar berkata, “Makna hadits ini yaitu para sahabat memulai sholat Jum’at pada awal waktu sebelum mereka tidur siang, berbeda dengan kebiasaan mereka pada sholat zuhur ketika panas, sesungguhnya para sahabat tidur terlebih dahulu, kemudian sholat ketika matahari telah rendah panasnya.”(Lihat Fathul Bari II/388)

5. Sholat Sunnah Ketika Menunggu Imam atau Khatib

Abu Huroiroh radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa mandi kemudian datang untuk sholat Jum’at, lalu ia sholat semampunya dan dia diam mendengarkan khotbah hingga selesai, kemudian sholat bersama imam maka akan diampuni dosanya mulai jum’at ini sampai jum’at berikutnya ditambah tiga hari.” (HR. Muslim)

6. Tidak Duduk Memeluk Lutut Ketika Khatib Berkhotbah

“Sahl bin Mu’ad bin Anas mengatakan bahwa Rasulullah melarang Al Habwah (duduk sambil memegang lutut) pada saat sholat Jum’at ketika imam sedang berkhotbah.” (Hasan. HR. Abu Dawud, Tirmidzi)

7. Sholat Sunnah Setelah Sholat Jum’at

Rasulullah bersabda yang artinya, “Apabila kalian telah selesai mengerjakan sholat Jum’at, maka sholatlah empat rakaat.” Amr menambahkan dalam riwayatnya dari jalan Ibnu Idris, bahwa Suhail berkata, “Apabila engkau tergesa-gesa karena sesuatu, maka sholatlah dua rakaat di masjid dan dua rakaat apabila engkau pulang.” (HR. Muslim, Tirmidzi)

8. Membaca Surat Al Kahfi

Nabi bersabda yang artinya, “Barang siapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at maka Allah akan meneranginya di antara dua Jum’at.” (HR. Imam Hakim dalam Mustadrok, dan beliau menshahihkannya)

Demikianlah sekelumit etika yang seharusnya diperhatikan bagi setiap muslim yang hendak menghidupkan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika di hari Jumat. Semoga kita menjadi hamba-Nya yang senantiasa di atas sunnah Nabi-Nya dan selalu istiqomah di atas jalan-Nya. (Majalah Al Furqon-8/II)