Daily Archives: April 25, 2012

Mengapa Bukan Ayah Saja Yang Meninggal?

Kisah seorang anak yang menyadarkan kealpaan ayahnya

Dia anak yang masih tergolong bocah, duduk di bangku kelas 3 SD. Suatu hari ada Ustadz di kelasnya memotivasi para siswa untuk menjaga shalat jamaah shubuh. Tentunya, Shubuh merupakan sesuatu yg sulit bagi sang bocah untuk terbangun, namun sang bocah telah bertekad untuk menjalankan shalat shubuh di masjid. Lalu dengan cara bagaimana anak ini memulainya? Apakah dia membangunkan ayah atau ibunya? Dengan alarm?…bukan! Sang anak nekat tak tidur semalaman lantaran takut bangun kesiangan, semalaman anak begadang, hingga tatkala adzan berkumadang. Dia pun ingin segera keluar menuju masjid.

Tapi…tatkala ia membuka pintu rumahnya, suasana sangat gelap, pekat, sunyi, senyap…membuat nyalinya menjadi ciut. Tahukah anda, apa yang ia lakukan kemudian? Dalam kondisi seperti itu, sang bocah mendengar langkah kaki kecil dan pelan, dengan diiringi suara tongkat memukul tanah, Ya…ada kakek-kakek berjalan dengan tongkatnya. Sang bocah yakin, kakek itu sedang berjalan menuju masjid, maka ia pun mengikuti di belakangnya, tanpa sepengetahuan sang kakek. Begitu pun ketika ia pulang dari masjid.

Bocah itu menjadikannya sebagai kebiasaan, begadang setiap malam kemudian pergi dan pulang shalat shubuh dengan mengikuti kakek-kakek itu. Dia mengganti tidurnya setelah shubuh hingga menjelang waktu berangkat sekolah. Orang tuanya tidak mengetahui sama sekali kebiasaan anaknya itu, selain hanya melihat sang bocah lebih banyak tidur di siang hari dari pada bermain.Ini dilakukan sang bocah agar bisa begadang pada malam hari.

Hingga suatu hari, terdengar kabar olehnya bahwa kakek-kakek itu meninggal dunia. Sontak, si bocah menangis sesenggukan. Sang ayah heran… ”Mengapa kamu menangis, nak? Ia kan bukan kakekmu, bahkan dia bukan siapa-siapa kamu!” Saat si ayah mengorek sebabnya, sang bocah justru berkata, “kenapa bukan ayah saja yang meninggal?” “A’udzu billah…, kenapa kamu berbicara seperti itu?” kata sang ayah heran. Si bocah berkata, “Mendingan ayah saja yang meninggal, karena ayah tidak pernah memangunkan aku shalat Shubuh, dan mengajakkku ke masjid, Sementara kakek itu, setiap pagi saya bisa berjalan di belakangnya untuk pergi shalat berjamaah Shubuh di masjid.”

ALLAHU AKBAR! Menjadi kelu lidah sang ayah, hingga tak kuat menahan tangisnya. Kata-kata anak tersebut mampu merubah sikap dan pandangan sang ayah, hingga membuat sang ayah sadar sebagai pendidik dari anaknya, dan lebih dari itu sebagai hamba dari Pencipta Nya yang semestinya taat menjalankan perintah-Nya. Akhirnya Sang ayah rajin shalat berjamaah karena dakwah dari anaknya…

“Rabbana hablanaa min azwaajina qurrata a’yun waj’alna lil muttaqiina imaama..”

[Terjemah bebas Mamlakah al-Qashash al-waaqi’iyyah, by. Abu Umar Abdillah]